Kinerja Pj Bupati Parigi Moutong Dipertanyakan Karena Dinilai “Belum Menyentuh Masyarakat”

Landasan.id, Parigi – Sekretaris Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Parigi Moutong, Sulawesi Tengah Arif Alkatiri menegaskan bahwa kinerja Richard Arnaldo sebagai PJ Bupati Parigi Moutong belum menyentuh masyarakat, Richard Arnaldo dilantik menjadi PJ Bupati oleh Gubernur Sulawesi Tengah Rusdy Mastura dengan harapan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat Kabupaten Parigi Moutong.

 “Kalau saya lihat soal kinerja Pj Bupati, masih seperti yang lalu. Hanya evaluasi, pembukaan (acara) rapat-rapat, belum ada yang menyentuh sampai ke masyarakat. Kalau ada, tunjukan ke saya,” tegas Arif Alkatiri kepada sejumlah media di Parigi, Selasa, 11 Juni 2024.

Dirinya juga menyebutkan, jika bicara soal capaian kinerja tidak perlu dengan hal-hal yang luar biasa, sebagaimana penerimaan penghargaan Adipura yang diberikan kepada pemerintah Kabupaten Parigi Moutong.

Banyak hal-hal kompleks yang semestinya harus diselesaikan seperti salah satunya permasalahan tentang Pasar Sentral Parigi yang sudah lama menjadi keresahan masyarakat.

Belum lagi kata dia, masalah pemanfaatan Pasar Sentral Parigi yang hingga kini masih menjadi utang Pemerintah Daerah (Pemda) Parigi Moutong di Bank Dunia.

“Bicara satu masalah seperti persoalan Pasar Sentral Parigi. Itu sudah luar biasa,” terangnya.

Pasar Sentral Parigi yang terletak di Kelurahan Kampal Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong yang dibangun pada Tahun Anggaran 2007-2008, pada masa kepemimpinan Longki Djanggola sebagai Bupati Parigi Moutong.

Pembangunan Pasar Sentral Parigi memiliki dampak positif dan negatif tetapi yang ditimbulkan lebih kedampak negatif salah satunya pengelolaan sampah yang dihasilkan tiap hari hanya diletakkan di jalanan sekitar pasar dan menimbulkan bau yang busuk hingga mengganggu masyarakat setempat serta wc yang dibuat dibeberapa titik tidak berfungsi sesuai peruntukannya.

Pasar yang dibangun diatas tanah yang luasnya ± 4.00 Ha masih terlihat semberaut mulai dari penataan sampai bangunan-bangunan yang terbengkalai.

Bahkan kondisi Pasar Sentral Parigi saat ini terlihat sepi, sehingga pedagang memilih berjualan di luar area pasar hingga menyebabkan banyaknya bangunan yang tidak terisi, sementara di kawasan lain, menurut Arif masih terdapat pedagang yang berjualan di pinggir-pinggir jalan.

Sedangkan dari sisi ekonomi, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terlihat tumbuh sendiri tanpa bantuan pemerintah.

“Mereka tumbuh sendiri, karena persoalan ekonomi sulit. Saya contohkan, kontainer akal-akal di pinggir jalan terus tumbuh. Tidak dibantu, mereka mengupayakan segala usaha dengan cara mereka sendiri, apa saja dijual,” tegasnya.

Bahkan pada akhir pekan, omset pendapatan anjlok karena banyak orang yang memilih ke Kota Palu. Ia pun menyoroti soal adanya refocusing dan defisit anggaran, yang dinilainya tidak mendasar.

“Defisit tidak begitu. Misalnya begini, saya punya uang Rp 100 juta, ketika dituangkan dalam bentuk program yang nilainya sama. Ada uangnya, sekarang apa alasan defisit itu?,” tukasnya.

Arif Alkatiri menduga, ada program-program yang dilebihkan atau terjadi kesalahan penghitungan mata anggarannya, pungkasnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *